SEJARAH MASJID DI DUSUN SAMBIREJO
Nama : Handayani
Kelas
: Perbankan Syariah 1B
NIM : 175231061
I.
Pendahuluan
Narasi ini membahas tentang sejarah
masjid Al-Kholifah dan Darul Fikri. Masjid ini terletak di dusun Sambirejo,
kelurahan Jatiroyo, kecamatan Jatipuro. Saya memilih masjid di dusun ini karena
memiliki cerita yang cukup menarik. Berita mengenai masjid ini saya peroleh
dari ketua masjid di dusun ini yang bernama bapak Padmo. Dari pengurus yang
lain memang bapak padmo ini salah satu orang yang menetahui sejarah masjid dari sejak
dahulu. Karena beliau adalah ketua masjid hingga sampai saat ini dan beliau
merupakan orang yang dipercaya di sebagai pengurus masjid tersebut, meskipun
sempat terjadi pergantian masjid, beliau juga masih sangat aktif dalam kegiatan
di masjid. Masjid di dusun ini memiliki suatu hal yang jarang ditemukan di
masjid lain, yaitu masjid ini memiliki ruangan tepat di bawah masjid sebagai
ruangan berkumpul warga dusun dan kegiatan TPQ. Masjid Darul Fikri ini terletak
di Dusun Sambirejo, yang memiliki tempat yang sangat strategis yaitu berada
tepat di tengah-tengah dusun. Dibangun pada tahun 2012 dengan proses
pembangunan bertahap hingga selesai pada tahun 2014.
Sebelum adanya masjid ini, telah dibangun
masjid pada tahun 1988, yang diberi nama masjid Al-Kholifah. Masjid ini adalah
masjid pertama yang berada di dusun Sambirejo. Posisi masjid ini bisa dibilang
tidak strategis karena tempatnya yang tidak dekat dengan dengan jalan raya dan
tidak berada di tengah-tengah dusun. Memiliki
fasilitas yang sudah cukup lengkap, akan tetapi setelah bertahun-tahun
dipakai ternyata pemilik tanah yang dibangun masjid ini tidak membolehkan
apabila tanahnya diwakafkan untuk masjid. Akhirnya dibangun masjid Darul Fikri
yang sekarang menjadi masjid utama di dusun Sambirejo.
Masjid ini memiliki beberapa ruangan,
ruangan utama, ruangan di serambi kanan dan kiri, serta ruangan di bawah tanah.
Masjid Darul Fikri ini memiliki arsitektur ruangan yang bisa dibilang cukup
modern, akan tetapi masih terdapat budaya jawa seperti ukiran-ukiran dan
kaligrafi yang menempel di tembok-tembok masjid. Selain ruang utama yang
digunakan untuk sholat berjamaah, masjid yang memiliki ruang dibawah tanah ini
digunakan untuk berbagai macam kegiatan. Ruangan ini memang sengaja dibuat di
bawah masjid. Kepala desa yang mengusulkan pembangunan tersebut.
Masjid yang belum lama dibangun ini
berbeda dengan masjid-masjid yang biasanya ada, masjid ini memiliki ruangan di
bawah tanah. Ruangan ini digunakan untuk pertemuan warga dusun. Memang sengaja
di bangun di bawah masjid agar setiap kegiatan selalu ingat kepada Allah SWT. Masjid dan ruangan ini memiliki fungsi sebagai
tempat pemersatu warga dusun. Karena setiap perkumpulan warga pasti selalu di
ruang tersebut.
II.
Pembahasan
Geografi
dan Proses Pembangunan
Dusun Sambirejo memiliki 2 masjid, yaitu
masjid Al-Kholifah dan masjid Darul Fikri. Masjid Al-Kholifah adalah masjid
yang pertama dibangun di dusun ini, pembangunan masjid ini pada tahun 1988
dengan luas tanah sekitar 8 meter. Sebelum dibangunnya masjid ini, warga dusun
sholat berjamaah di mushola balai desa, kebetulan balai desa Jatiroyo bertempat
di dusun ini, namun jika sholat jumat warga desa biasanya sholat di masjid
dusun tetangga yang berada di barat dusun. Alasan dusun ini belum dibangun
masjid pada waktu itu karena minimnya dana yang dimiliki, penduduk dusun masih
sangat kekurangan dalam segi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Akhirnya kepala dusun merencanakan pembangunan masjid dengan mengadakan rapat
dengan warga dusun, karena minimnya dana yang dimiliki, pembiayaan pembangunan
dilakukan dengan cara gotong-royong. Material yang digunakan tidak dengan cara
membeli, tetapi dengan cara mencari batu ke sungai yang berada di dekat dusun
dan mengusung material tersebut dengan cara dipikul karena pada saat itu masih
minimnya alat transportasi.
Pasir yang digunakan untuk membangun
didapatkan dari tebing di timur dusun, namun pada saat itu panggunaan pasir
masih sangat minim, sebagai pengganti pasir adalah dengan memakai tras. Tras
ini juga didapatkan dari tebing yang berada di dekat dusun. Seletah semua
material hasil mencari ke sungai dan tebing terkumpul, akhirnya panitia meminta
bantuan seikhlasnya ke warga dusun untuk membeli bahan-bahan yang lain. Dana
yang terkumpul digunakan untuk membeli semen dan gamping. Sedangkan kayu yang
digunakan diperoleh dari makam. Kayu tersebut bersifat umum, setiap orang yang
membutuhkan kayu dalam hal kebaikan, boleh menebang kayu yang berada di makam
tersebut. Orang yang menanam kayu itu adalah Joko Kastono, Joko Kastono ini
adalah sebutan zaman dulu untuk orang yang membersihkan makam atau orang yang
merawat makam. Pada saat itu nama Joko Kastono itu adalah simbah Pokariyo.
Simbah Pokariyo ini adalah warga asli dusun Sambirejo. Beliau tidak meminta
imbalan apapun karena mengetahui bahwa kayu tersebut akan digunakan untuk
membangun masjid.
Masjid dibangun di atas tanah milik bapak
Narjo, dialah yang mengusulkan sendiri agar pembangunan masjid dibangun didekat
rumahnya dan di tanahnya. Pada saat itu posisi tanah masih miring, akhirnya
warga dusun bergotong-royong untuk meratakan tanah tersebut, waktu proses menggeser
tanah yang miring agar menjadi rata memakan waktu 2 bulan, karena proses
penggeseran tidak setiap hari dilakukan. Pembangunan masjid ini dilakukan secara
bertahap. Dengan proses awal membagun pondasi, kemudian membangun tembok, dan
kemudian atap dengan kayu dari makam. Pembelian genting masjid dilakukan dengan
cara swadaya warga dusun. Setelah pembangunan masjid ini selesai, peresmian
masjid dilakukan dengan sederhana, hanya mengundang beberapa
perangkat-perangkat satu kelurahan karena minimnya dana yang dimiliki. Ketika awal
masjid ini sudah selesai dibangun, jamaah yang sholat ke masjid belum cukup
banyak, hanya pada waktu tertentu saja banyak jamaah yang datang ke masjid,
seperti pada saat hari raya idul fitri dan hari raya idul adha. Kegiatan remaja
masjid di dusun ini bisa dibilang cukup aktif. Kegiatan yang dilakukan biasanya
TPQ dan kajian-kajian untuk para remaja setiap minggunya, serta kajian-kajian
untuk jamaah masjid, yang biasanya kajian ini disampaikan oleh uztad yang
biasanya mengajar di masjid ini.
Pewakafan
Tanah
Seiring perkembangan zaman, pemerintah
ingin setiap tanah yang dibangun masjid diwakafkan. Memang pada saat itu
sertifikat tanah masih bernama ibu Diyem, karena tanah itu adalah tanah
peninggalan orang tuanya. Ibu Diyem dan pak Narjo tidak mengizinkan tanah itu
diwakafkan untuk masjid sepenuhnya. Mereka mengizinkan jika didirikan masjid
boleh akan tetapi jika diwakafkan tidak boleh. Setelah mendengar berita itu,
penduduk dusun walupun sudah memiliki masjid namun tetap tidak puas, karena
masjid itu tanahnya tidak diwakafkan, penduduk dusun menganggap masjid itu
adalah masjid pribadi. Setelah beberapa bulan, seorang warga dusun yang telah
sukses di perantauan mewakafkan tanahnya untuk dibangun majid baru, lokasi tanah
ini tidak jauh dari masjid awal, hanya sekitar 100 meter. Nama pemilik tanah
ini yaitu Supadi, ia mengesahkan tanah itu kepada bapak kadus, pada saat
pengesahan itu diterima oleh bapak Parmin sebagai panitia masjid. Setelah
proses serah terima selesai, selanjutnya panitia melakukan proses pengesahan. Pengesahan tanah yang
diwakafkan untuk masjid ini berada di KUA Jatipuro.
Setelah proses pewakafan itu selesai,
banyak warga dusun yang berada di perantauan mengirim uang untuk pembangunan
masjid baru. Pada saat itu donatur yang paling besar adalah Bapak Narjo, dia
memberi donatur pohon jati sampai tercukupinya proses pembangunan, selain itu
beliau juga memberi bantuan uang 20.000.000. Selain dari warga dusun, bantuan
juga datang dari warga dusun yang sudah punya rumah di Bali, beliau bernama mas
Yunanto, ia mendonaturi keramik sampai tercukupinya untuk masjid. Masih banyak
donatur lain yang memberi bantuan, pengurus keuangan masjid adalah ibu Sugiyem.
Setiap donatur yang memberikan bantuan pasti langsung ditujukan kepada beliau.
Pembangunan masjid tidak langsung dilakukan, tetapi menunggu dananya terkumpul
agar pada saat proses pembangunan tidak terhenti di tengah-tengah jalan.
Proses
Pembangunan Masjid Darul Fikri
Pembangunan masjid ini dimulai pada
tahun 2012, proses pembangunan dilakukan dengan gotong-royong warga dusun,
sistem gotong-royong ini dilakukan secara bergantian setiap RT, kebetulan di
dusun ini ada 3 RT. Pembangunan ini diselesaikan dalam waktu 2 tahun, bisa
dikatakan cukup lama sebab para warga dusun disibukkan dengan pekerjaannya
sebagai petani dan pedagang. Selain kendala itu, kendala yang lain adalah
masalah bahan-bahan dari para donatur yang terkadang terlambat dikirim.
Biasanya pembanguan diberhentikan sampai bahan-bahan ada kembali. Selama proses
pembangunan ini, warga dusun melakukan sholat berjamaah dan kegiatan TPQ di
masjid lama, akan tetapi warga dusun memiliki kesepakatan jika masjid yang baru
sudah selesai pembangunannya dan sudah layak dipakai maka kegiatan ibadah warga
dusun sudah berada di masjid yang baru. Selain warga dusun yang membangun masjid, banyak
juga warga dusun tetangga yang membantu pembangunan masjid ini tanpa imbalan
apapun.
Setelah masjid selesai dibangun, ternyata
masih banyak donatur yang membantu untuk membelikan ataupun melengkapi
perlengkapan untuk keperluan masjid. Ada yang membelikan karpet, kipas angin,
jam dinding dan masih banyak perlengkapan yang lain. Proses peresmian masjid
ini bisa dibilang cukup mewah dibandingkan dengan peresmian masjid yang lama.
Peresmian masjid ini dihadiri oleh Bapak Bupati Karanganyar beserta wakilnya.
Undangan juga disebarkan ke setiap masjid di seluruh kecamatan Jatipuro, jamaah
yang hadir pada saat itu mungkin lebih dari 1.000 jamaah. Tepat pada tanggal 11
Mei 2014 masjid baru di dusun Sambirejo diresmikan dengan Bapak Bupati yang
ditemani bapak wakil Bupati memotong pita ditengah pintu utama masjid. Tidak
kalah dengan masjid yang lama, kegiatan remaja masjid baru kini semakin aktif,
tidak hanya kegiatan remaja namun kegiatan para ibu-ibu dan bapak-bapak juga
tidak kalah aktifnya. Seperti diadakannya pengajian rutian setiap 2 jumat
sekali. Kegiatan TPQ anak-anak juga semakin aktif, tidak hanya itu, setelah
dibangunnya masjid ini jamaah sholat maghrib dan isya juga semakin banyak
Mengenai masjid yang lama, sekarang
sudah tidak dipakai, masjid itu sekarang sudah menjadi masjid pribadi, namun
pemilik tanah masjid yang tidak boleh diwakafkan itu setiap sholat jamaah pasti
ikut ke masjid yang baru, jika ada kegiatan masjid beliau juga turut
berpartisipasi. Masjid yang pertama dibangun tidak terurus lagi, sebab warga
desa menganggap masjid itu adalah masjid pribadi dan sangat tertutup. Warna cat
sudah mulai memudar dan bangunan yang sudah terlihat sangat tua. Kini masjid
Darul Fikri menjadi masjid satu-satunya di dusun Sambirejo. Walaupun masjid ini
sudah lama dibangun tapi masih banyak donatur yang memberikan bantuan ke masjid
ini. Tidak hanya dari warga dusun, banyak warga luar dusun bahkan desa yang
memberikan bantuan ke masjid ini. Dana untuk pembangunan masjid ini
menghabiskan Rp 800.000.000. mungkin pembangunan masjid ini bisa dibilang
menghabiskan dana yang banyak sebab dalam pembangunan masjid ini serba kuat.
Meskipun menghabiskan dana banyak, akan tetapi kemajuan masjid ini dapat
dibilang sangat pesat.
Luas
dan Kegiatan Masjid
Masjid Darul Fikri memiliki luas 343 M².
Daya tampung masjid ini sekitar 200 lebih, teras masjid ini cukup luas,
biasanya digunakan untuk sholat pada Hari Raya. Di serambi kiri masjid
digunakan untuk kegiatan TPQ anak-anak. Anak-anak yang ikut TPQ biasanya dari
kelas TK sampai kelas 3 SMP. Uztad pengajar TPQ bukan asli warga Sambirejo,
asal uztad itu adalah dari Boyolali. Ia sempat mengajar di masjid yang lama,
akan tetapi setalah dibangunnya masjid yang baru uztad tersebut pindah ke dusun
lain. Kegiatan TPQ sempat terhenti, akan tetapi remaja masjid mengadakan lagi
kegiatan tersebut, sementara mereka yang mengajar TPQ sebelum ada uztad yang
baru.
Penduduk dusun yang telah lama merantau
kini belum lama dia pulang, ia bernama mbah Aji, dia sekarang telah berumur
sekitar 75 tahun lebih. Simbah Aji ini sangat mendalami agama. Walaupun sudah
tua, tetapi simbah ini masih sangat fasih membaca Al-Qur’an, beliau juga masih
memiliki penglihatan yang masih sangat tajam. Sejak kedatangan simbah itu di
dusun Sambirejo, beliau yang mengajar TPQ anak-anak dan yang biasanya menjadi
imam shalat berjamaah sekaligus mengisi tausiyah setelah shalat isya dan subuh.
Untuk menunggu azan sholat isya biasanya mbah Aji memberi tausiyah. Mbah Aji
ini adalah orang yang biasanya azan pada sholat 5 waktu. Tidak hanya memberi
tausiyah, tapi simbah ini juga mengajarkan jamaah sholat maghrib tentang
bacaan-bacaan penting. Ada juga anak-anak sehabis sholat maghrib berjamaah
mereka tadarus Al-Quran bersama hingga azan sholat isya, mereka ini adalah
anak-anak yang sangat dekat dengan mbah Aji. Setelah kedatangan beliau, masjid
Darul Fikri semakin ramai, setiap malam jumat pasti ada kegiatan membaca yassin
bersama hingga isya.
Kegiatan TPQ di masjid ini tidak hanya
membaca iqro saja, akan tetapi juga diselipkan hafalan-hafalan surat pendek,
hafalan doa sehari-hari, menulis arab, dan praktik sholat, praktik ini
ditujukan untuk anak-anak yang masih kelas TK dan 1 SD. Masjid ini juga pernah
mengadakan lomba hafalan, baca Al-Quran, tausiyah, dan azan, peserta lomba ini
tidak hanya dari dusun Sambirejo saja, akan tetapi dari setiap masjid di desa
Jatiroyo harus mengirimkan peserta yang akan ikut masing-masing lomba.
Dalam kegiatan ini juga dihadiri kepala
desa Jatiroyo.
Selain kegiatan TPQ, ada juga kegiatan
lain yaitu pengajian untuk para ibu-ibu dan bapak-bapak 2 minggu sekali
tepatnya pada hari jumat. Pengajian ini dijatuhkan pada hari jumat karena pada
hari jumat diyakini hari yang mulia. Mengenai setiap 2 minggu sekali karena
diambil pada tengah-tengah bulan. Pengajian ini pasti selalu mengundang uztad
yang dulu pernah mengajar TPQ di masjid lama sebagai pemimpin pengajian. Awal
mula pengurus masjid merencanakan acara ini agar masjid Darul Fikri semakin
rejo setelah adanya pergantian masjid. Masalah konsumsi diserahkan ke warga
yang mendapat arisan pada saat pengajian tersebut. Namun setiap bulan ramadhan
kegiatan pengajian ini berhenti, diganti dengan tadarus remaja masjid. Remaja
masjid setiap minggunya juga ada kegiatan bersih-bersih masjid yang digilir.
Masjid Darul Fikri ini memiliki golongan NU, karena sudah pernah ada pengajian
NU di masjid ini dan setiap pengajian di rumah warga terkadang ada hadroh.
Namun tidak hanya golongan NU saja, ada juga warga yang memiliki golongan yang
berbeda, namun warga dusun Sambirejo saling toleransi meskipun golongan mereka
berbeda-beda. Mereka tetap saling menghadiri ketika ada acara pengajian
meskipun memiliki golongan yang berbeda.
Bagian-bagian
Ruangan Masjid
Masjid ini memiliki beberapa ruangan,
ruangan utama masjid digunakan untuk sholat jamaah dan TPQ, dilengkapi mimbar,
3 kipas angin, papan tulis, papan untuk mencatat arus kas masjid dan rak buku.
Di serambi kanan dan kiri masjid terdapat 2 ruangan khusus, di serambi kanan
masjid adalah ruangan untuk menyimpan sound yang biasanya digunakan untuk
pengajian, DVD, dan alat-alat lain untuk keperluan pengajian rutin setiat 2
minggu sekali. Sedangkan ruangan di sebelah kiri digunakan untuk menyimpat
karpet dan meja TPQ, selain karpet dan meja TPQ ada juga gelas dan piring yang
biasanya digunakan untuk keperluan masjid. Ruangan di sebelah kanan lebih luas
dibandingkan dengan ruangan di sebalah kiri masjid. Di bagian belakang masjid
terdapat kamar mandi yang bisa dibilang cukup luas, di sebelah kamar mandi ada
tempat wudhu dan ada pula bagian untuk wanita memakai hijab.
Masjid ini dilengkapi dengan pintu
gerbang masuk. Pada bagian pintu gerbang masuk ini terdapat 2 tiang yang lebih
tinggi dibandingkan dengan tiang di sebelahnya, pada 2 tiang ini terdapat 2
kubah sebagai batas pagar masuk dengan halaman masjid. Di sebelah tiang ini
tepatnya di sebalah kanan, terdapat batu nisan yang bertuliskan pengesahan
masjid yang ditanda tangani oleh Bapak Bupati Karanganyar. Di sebelah batu
nisan tersebut akan dibangun tempat wudhu baru yang terhenti karena dana
digunakan untuk hal yang lebih penting. Masjid ini memiliki 1 pintu utama yang cukup
besar, sistem buka tutup pintu ini adalah dengan cara digeser. Selain pintu
utama, masjid ini memiliki 2 pintu di sisi kanan dan 1 pintu di sisi kiri.
Pintu sebelah kiri ini biasanya digunakan untuk keluar jamaah laki-laki. Masjid
ini memiliki halaman yang cukup luas, namun para jamaah yang biasanya membawa
motor memarkirkan motornya di tepi jalan, kebetulan posisi masjid berada di
jalan berbelok yang posisi jalannya cukup lebar.
Keunikan
Tepat berada di bawah masjid terdapat
ruangan yang cukup luas. Ruangan ini digunakan untuk berbagai macam kegiatan
yang berkaitan dengan dusun seperti, perkumpulan, arisan, dan rapat-rapat
penduduk dusun. Dulu sebelum ruangan ini di bawah masjid dibangun biasanya
perkumpulan dan arisan berada di rumah kepala dusun. Ruangan ini sengaja dibuat
agar lebih mengeratkan setiap warga penduduk dusun sambirejo, ruangan di bawah
masjid ini sengaja di bangun tepat di bawah serambi kiri masjid agar setiap
kegiatan apapun selalu ingat kepada Allah dan dalam menjalankan kegiatan selalu
berpedoman kepada perintah Allah. Tidak hanya itu, dibangunnya ruangan di bawah
masjid ini agar para warga semakin guyub rukun. Ruangan ini selain luas, juga
dilengkapi dapur beserta perabotannya. Dapur ini biasanya digunakan untuk
keperluan masjid ataupun pada saat ada perkumpulan dusun.
Apabila dilihat dari masjid memang
ruangan ini sama sekali tidak terlihat, hanya terlihat ada sebuah bangunan
masjid yang cukup besar. Namun jika melihat pada sebelah kiri ternyata terdapat
ruagan yang terlihat gelap jika dari luar, namun jika sudah masuk ke dalam
ruagan ini sangatlah terang dan luas. Biasanya ruang ini paling sering digunaan
untuk rapat pengurus masjid. Mungkin masjid ini sudah dapat dibilang memiliki
arsitektur yang modern dan ruangan serba guna, selain digunakan untuk keperluan
ibadah masjid ini juga digunakan untuk kegiatan musyawarah. Jadi pusat utama
penduduk dusun Sambirejo adalah ruangan yang bertempat di bawah masjid.
Ruangan ini merupakan alat pemersatu
penduduk dusun. Sebab di tempat inilah setiap kegiatan perkumpulan dilakukan, selain
untuk tempat perkumpulan orang-orang tua, perkumpulan pemuda juga di ruang
tersebut, seperti arisn karang taruna, rapat kegiatan dan setiap bulan ramadhan
kegiatan buka bersama pasti di ruang tersebut. Kegiatan TPQ anak-anak biasanya
juga dilaksanakan di ruang bawah masjid. Ruangan ini setiap harinya tertutup,
setiap kegiatan yang berada di ruangan tersebut harus menghubungi pengurus
masjid karena kunci ruangan tersebut hanya beberapa orang saja yang membawanya.
Dapat dikatakan semenjak dibangunnya
ruangan ini kegiatan-kegiatan warga, perkumpulan serta gotong-royong warga
semakin guyub rukun.
III.
Simpulan
Menurut saya masjid di dusun ini
memiliki arsitektur yang dapat dikatakan sudah modern, sebab masjid ini
memiliki ukuran yang cukup besar serta masjid ini memiliki bangunan yang sangat
indah. Meskipun demikian, masjid ini tidak meninggalkan budaya dahulu seperti
adanya ukiran-ukiran di bangunan masjid, masih terdapat bedug yang ditabuh
setiap akan azan, masih terdapat pula mimbar yang bergambarkan ukiran-ukiran
jawa. Selain digunakan untuk kegiatan sholat berjamaah, masjid ini juga
digunakan untuk anak-anak dan pemuda dusun mempelajari Al-Quran. Kegiatan
anak-anak dan remaja di dusun ini bisa dibilang sangat aktif. Banyak kegiatan
yang dilakukan oleh remaja masjid di dusun ini.
Setelah dibangunnya masjid Darul Fikri
ini memang penduduk dusun Sambirejo semakin guyub rukun. Masjid ini dilengkapi
ruang di serambi kanan dan kiri serta ruang di bawah masjid, ruangan di bawah
masjid ini dapat dikatakan sebagai ruangan yang serba guna bagi kegiatan warga.
Ruangan ini biasanya digunakan untuk pertemuan warga dusun yang dipimpin oleh
kepala desa, selain digunakan untuk perkumpulan warga, ruangan ini juga
digunakan untuk kegiatan TPQ anak-anak. Sangat jarang masjid yang memiliki
ruangan di bawah masjid, hal ini menjadi
ciri khas masjid Darul Fikri. Warga desa mungkin telah mengetahui ruangan
tersebut, sebab masjid ini dapat dikatakan masjid yang paling besar dan indah
di desa Jatiroyo.
Menurut pendapat saya memang sangatlah
tepat dibangunnya masjid yang berposisi di tengah-tengah dusun ini yang
dilengkapi dengan ruangan di bawah masjid tersebut. Sebelum dibangunnya masjid
ini memang ada sedikit pro dan kontra mengenai masjid yang pertama dibangun,
selain itu warga dusun yang sholat berjamaah ke masjid memang tidak terlalu
banyak. Setelah masjid serta ruangan ini dibangun gotong-royong dan
kekeluargaan warga dusun semakin kuat, karena setiap kegiatan yang dilakukan
selalu ingat akan perintah dan larangan Allah SWT. Dapat dikatakan masjid ini
adalah pemersatu dusun Sambirejo.
IV.
Lampiran